Tiap orang pasti mengalami yang namanya stress. Tapi ada yang
kadarnya sedikit, ada yang banyak. Ada yang bisa menghadapi dan mengelola stress-nya dengan baik, ada yang ke arah yang
salah. Karena kita sebagai manusia tidak mungkin menghindari yang namanya
stress, pilihan ada pada kita untuk mengelola stress kita sendiri.
Saya pernah curhat di sini http://www.indrinoor.com/2017/10/curhat-stress-di-tempat-kerja.html
tentang stress di tempat kerja.
Kenapa di tempat kerja? Memang di tempat lain tidak
menimbulkan potensi stress?
Nah, tanggal 4 Oktober 2017 lalu, saya mendapat undangan dari
Blogger Crony untuk menghadiri acara temu blogger Kementrian Kesehatan RI di
Gedung Kementrian Kesehatan, Ruang Kaca Blok C. Acara tersebut dalam rangka
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tanggal 10 Oktober. Tema kampanye Hari Kesehatan
Jiwa Sedunia tahun ini adalah Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja.
Temu blogger dimulai dengan penjelasan dari narasumber Dr. Dr.
Fidiansyah, Sp. KJ, MPH. Beliau adalah Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza. Menurut beliau, yang namanya sehat itu tidak
hanya secara fisik, tapi juga mental, spiritual dan sosial. Itu makanya kita
harus menjaga kesehatan secara paripurna, karena semuanya saling mempengaruhi.
Menjaga kesehatan jiwa dengan cara belajar mengelola emosi dan stress dengan
baik, untuk mencegah penyakit jiwa. Kesehatan jiwa sendiri terkait erat dan
mempengaruhi kesehatan fisik.
Tahun ini mengambil tema stress di tempat kerja, karena
sebagian besar pekerja yang merupakan usia produktif, pasti menghabiskan lebih dari
setengah harinya di kantor. Usia produktif tentunya potensi bagi negara untuk
meningkatkan juga produktivitas negara. Namun, stress di tempat kerja memiliki
potensi tinggi, karena beban pekerjaan, lamanya waktu bekerja, dan lain-lain.
Stress tersebut bisa berpengaruh pada kehidupan keluarganya, bila membawa
stress di kantor ke rumah.
Dari survey, ada beberapa fakta menarik tentang stress di
tempat kerja:
-
1
dari 7 orang mengalami masalah kesehatan jiwa di tempat kerja
-
Wanita
yang bekerja full time mengalami stress 2x lebih besar dibanding dengan
laki-laki yang bekerja full time
-
10%
pekerja mengajukan cuti karena depresi
-
Rata-rata
36 hari kerja hilang akibat depresi
Berdasarkan hal tersebut, pencegahan dan penanganan stress di
tempat kerja harus dilakukan dari dua belah pihak, yaitu pihak perusahaan atau
tempat kerja, dan dari si pekerja sendiri.
Perusahaan harus bisa menyediakan lingkungan kerja yang sehat
paripurna, memberikan aturan-aturan yang mendukung kesehatan jiwa, dan
penanganan bila ada pekerjanya yang mengalami stress.
Sedangkan dari pekerjanya sendiri, harus melakukan 3 hal ini dari
GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) untuk mencegah gangguan jiwa, yaitu
rutin melakukan aktivitas fisik, rajin makan buah dan sayur, dan cek kesehatan
secara rutin.
Aku kerja di bank asing yg untungnya sangat memperhatikan kebutuhan kesehatan mental para karyawannya. Mungkin krn standard kita mengikuti kantor pusat di Inggris yaa, jd fasilitas di sinipun disamakan. Jd ada 1 dept yg memang fungsinya utk jd "tempat curhat" para karyawan. Psikolognya lah.. Diharapin dengan ada channel seperti ini, karyawan ga ngerasa sendiri dan ada 1 wadah yg memang akan membantu mengatasi stress nya.. Ttg apapun masalahnya, kita bisa cerita ama mereka, gratis. Alhamdulillah, aku blm pernah coba hahahaha.. Ntr kalo stress, mungkin aku bkl coba "curhat" kesana
BalasHapus