Memperingati ASEAN Dengue Day 15
Juni lalu, Kementrian Kesehatan RI mengadakan kegiatan simposium
penatalaksanaan dan sosialisasi “Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik” dan peluncuran
situs edukasi dengue berbasis web di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Saya mendapatkan undangan dari Blogger Perempuan untuk menghadiri acara ini yang bertema "Bergerak Bersama Cegah DBD Melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik".
Kenapa tanggal 15 Juni? Hal ini ternyata disebabkan puncak
dari penularan dengue di ASEAN adalah bulan Juni. Namun, di Indonesia puncak
penularan dengue justru terjadi di bulan Januari-April, dimana curah hujan
sedang tinggi. Musim hujan adalah musim dimana nyamuk Aedes aegypti berkembang
pesat akibat banyaknya genangan. Genangan-genangan tersebut merupakan tempat
perindukan atau breeding place dari
nyamuk Aedes.
Seorang teman kantor saya harus kehilangan anak sulungnya saat
duduk di kelas 6 SD karena penyakit DBD. Teman saya juga harus pergi lebih dulu
meninggalkan kedua anaknya yang masih kecil, karena penyakit ini. Penyakit yang
cukup bikin saya trauma, sehingga saat saya dapati anak-anak saya demam, saya
pun ekstra dalam menanganinya.
Sebenarnya, bagaimana sih gejala DBD (dengue)? Sehingga saat
anggota keluarga ada yang demam, saya tidak panik menanganinya. Bagaimana juga
sih partisipasi kita menjaga lingkungan sekitar kita agar terbebas dari
jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti?
Dengue adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dari nyamuk Aedes aegypti, dimana jenis nyamuk ini memiliki
perkembangan paling cepat di dunia. Bayangkan, hanya butuh waktu sekitar 7-10 hari
bagi nyamuk ini berkembang dari telur-jentik-kepompong (pupa)-nyamuk dewasa.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di dinding tempat penampungan air, yaitu
sedikit di bawah permukaan air. Jadi pinggiran dalam tempat penampungan air itu wajib rutin kita bersihkan.
Indonesia merupakan wilayah endemis bagi nyamuk jenis Aedes
aegypti, dan dilaporkan sebagai negara ke-dua dengan kasus dengue terbanyak di
antara 30 negara/wilayah endemis di dunia.
Sebelumnya, yuk kita mengetahui tata laksana penyakit
dengue sesuai dengan paparan dari salah satu narasumber acara ini, yaitu Dr. Sri
Rezeki S. Hadinegoro.
![]() |
Pemaparan tentang tatalaksana penyakit dengue oleh Dr Sri Rezeki S. Hadinegoro. |
Penderita diduga terkena infeksi virus dengue, bila memiliki
tanda-tanda (gejala) antara lain: demam tinggi di atas 38°C selama kurang dari
7 hari, ruam kulit, manifestasi perdarahan, nyeri (kepala, retroorbital/bagian
belakang orbita mata, otot, sendi), leukopenia (jumlah sel darah putih yang
terlalu rendah kurang dari sama dengan 4000/mL), dan penurunan jumlah trombosit sampai dibawah 100.00/mm3.
Penderita dengue terindikasi kritis jika memiliki tanda bahaya
berikut: tidak ada perbaikan klinis saat suhu tubuh sudah turun, menolak
makan/minum, muntah berulang, nyeri perut hebat, rewel (pada anak), perdarahan,
pucat, dan jumlah urin menurun dalam 4-6 jam.
Bila terdapat tanda-tanda bahaya tersebut, maka penderita harus di rawat
inap agar bisa dipantau secara klinis dan dilakukan pemeriksaan lab berkala.
Menurut Dr. Sri, dengue yang merupakan penyakit yang berasal
dari virus tidak memiliki obat, tetapi harus dipantau ketat untuk asupan cairan dan oksigen. Penderita dengue bila sudah dalam tahap kritis maka akan
kekurangan cairan dan oksigen, yang berakibat pada kematian bila tidak
ditangani dengan baik.
Selain itu, penanganan demam juga harus tepat. Obat penurun demam yang bisa digunakan adalah parasetamol. Ibuprofen sangat tidak dianjurkan, karena akan meningkatkan resiko gangguan lambung dan perdarahan.
Selain itu, penanganan demam juga harus tepat. Obat penurun demam yang bisa digunakan adalah parasetamol. Ibuprofen sangat tidak dianjurkan, karena akan meningkatkan resiko gangguan lambung dan perdarahan.
Melihat masih banyaknya kasus penderita dengue dengan 0,9% kasus
berakhir dengan kematian, maka Kementrian Kesehatan RI menjalankan gerakan “1
Rumah 1 Jumantik”. Gerakan ini merupakan program pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat mulai dari lingkup terkecil,
yaitu keluarga.
Upaya pemberantasan sarang nyamuk sendiri melalui program 3M
Plus, yaitu:
- Menguras bak mandi
- Menutup tempat penampungan air
- Memanfaatkan barang bekas
- Plus cegah gigitan nyamuk
- Menguras bak mandi
- Menutup tempat penampungan air
- Memanfaatkan barang bekas
- Plus cegah gigitan nyamuk
Jumantik adalah juru pemantau jentik, yaitu masyarakat sukarelawan
yang bertugas memantau keberadaan nyamuk Aedes aegypti dilingkungannya melalui
PSN secara rutin dan membuat laporan kegiatan pada Puskesmas. Jumantik juga
berperan penting dalam meningkatkan kesiapan lingkungan sekitarnya menghadapi
dengue.
Jumantik ada beberapa jenis, yaitu: (1) Jumantik Rumah, (2) Jumantik Lingkungan, (3) Koordinator Jumantik, dan
(4) Supervisor Jumantik. Pelaksanaan pemantauan jentik dilakukan seminggu sekali
selama 15 menit dengan memantau tempat-tempat yang terdapat genangan air di
rumah kita, seperti bak mandi, toren, tatakan dispenser, dan lain-lain.
Tangerang Selatan merupakan daerah percontohan untuk gerakan “1 Rumah 1 Jumantik”. Walikota Tangerang Selatan, Ibu Airin Rachmi Diani
mengatakan bahwa Gerakan “1 Rumah 1 Jumantik” di Tangerang Selatan, baru
dilakukan di 3 RW di Pamulang Timur, Pondok Benda, dan Benda Baru. Namun,
gerakan ini sudah terlaksana dengan baik.
Menurut Ibu Airin, kunci kesuksesannya adalah dengan
mengerahkan jumantik-jumantik secara sukarela (tanpa bayaran), sehingga para
jumantik itu bekerja memang berdasarkan hatinya. Karena menurut beliau, kunci
kesuksesan sebuah gerakan atau program untuk suatu daerah selain perencanaan,
adalah partisipasi aktif seluruh masyarakat. Untuk membuat masyarakat mau aktif
dalam setiap kegiatan adalah dengan melakukan komunikasi yang sesuai dan
membuat mereka merasa memiliki kota atau daerahnya.
Selain gerakan “1 Rumah 1 Jumantik”, Kementrian Kesehatan RI
mendukung peluncuran portal edukasi DBD (dengue) berbasis web yang diprakarsai
oleh Asian Dengue Vaccine Advocacy(ADVA) dan juga didukung oleh Sanofi Group
Indonesia. Portal tersebut bernama Dengue Mission Buzz Barometer yang dapat diakses melalui www.denguemissionbuzz.org.
Portal yang memiliki konten mengenai pencegahan dengue secara
efektif beserta tipsnya ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik tentang
bahaya dengue, serta memberikan pengetahuan praktis atau info cepat tentang
pencegahan dan penanggulangan penyakit ini.
Selain info cepat, Dengue Mission Buzz Barometer menyajikan
berita penting, video dan informasi tentang pencegahan dan penanggulangan
dengue di enam negara peserta portal ini, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Portal edukasi ini juga dilengkapi dengan Kuis Kesiapan Dengue. Kuis ini dibuat untuk mengedukasi pengunjung portal dengan
cara menyenangkan, sekaligus mengukur kesiapan mereka untuk pencegahan dan
penanggulangan dengue.
Saya meluncur ke portal Dengue Mission Buzz
Barometer dan melihat-lihat infonya. Saya jadi penasaran mengikuti kuis kesiapan.
Serunya kuis ini adalah bila berhasil menyelesaikan semua jawaban, maka pengunjung akan mendapatkan predikat Bintang Waspada Dengue, serta lencana penghargaan (Completion Badges) yang bisa dibagikan di media sosial. Yay, saya berhasil jadi Bintang Waspada Dengue.
Sebagai ibu rumah tangga, saya harus berpartisipasi aktif dalam
pencegahan dengue. Beberapa hal yang telah saya (dan keluarga) lakukan di rumah adalah:
1.
Tidak menggantung baju bekas pakai, karena nyamuk Aedes
bersifat antropophilic (sangat menyukai bau tubuh manusia). Saya juga
menggunakan keranjang baju kotor yang tertutup. Saya juga mengusahakan tidak
menumpuk baju kotor terlalu banyak.
2.
Menggunakan sprei dan baju tidur berwarna terang, karena
nyamuk menyukai warna gelap.
3.
Mengoleskan minyak tawon atau minyak kayu putih ke seluruh
tubuh bila terasa mulai banyak nyamuk. Sejauh ini pengaruh ke kami untuk
menghindarkan gigitan nyamuk.
4.
Berusaha tidak tidur saat puncak nyamuk menghisap darah, yaitu
pada pagi hari (07.00-09.00) dan sore hari (15.00-17.00).
5.
Memantau tempat yang berpotensi terjadinya genangan di rumah
kami, seperti bak mandi, tatakan dispenser, dan lain-lain. Saya berusaha rutin
menguras dan membersihkan tempatnya.
6.
Suami menanam tanaman tapak dara, yang berfungsi sebagai
tanaman anti nyamuk. Sayangnya tanamannya kering dan mati sekarang. Setelah
Lebaran, kami berencana akan menanam kembali tapak dara, ditambah dengan
tanaman anti nyamuk lainnya seperti lavender, zodia, dan marygold (telor kodok).
Semoga gerakan 1 Rumah 1 Jumantik ini bisa menyebar secara
nasional. Semoga website Dengue Mission Buzz Barometer juga membuat makin banyak orang untuk melek dan ikut serta aktif dalam pencegahan dan
penanggulangan dengue. Yuk, bersama kita bantu mensukseskan program ini dengan
menjadi “Jumantik” di rumah kita, karena semua berawal dari keluarga.
“Tulisan ini adalah opini pribadi dan
didukung oleh Sanofi Group Indonesia.”
Iyaaa, akhir-akhir ini sepertinya makin banyak nyamuk ya? Apa cuma perasaan aku aja ya? Hehe. Inshaallah aku sudah melakukan 3M sih mbak, mudah-mudahan kita semua dihindarkan dari DBD yaaaa. Aaaaamiinn
BalasHapusDB ini bikin deg-degan. Mungkin di rumah udah bersih. tapi kadang kita gatau bagaimana sekitar sekolah. Jadi kalau anak demam, bawaannya khawatir aja. Semoga kita semua selalu sehat. Oya, menurutku mengkondisikan tubuh berada pada kondisi prima juga sangat penting. Karena, bagaimanapun, tubuh juga punya sistem perlindungan :)
BalasHapussudah mulai pancaroba ya... harus hati2 sm dbd
BalasHapus