Mendidik anak zaman
sekarang itu seabrek tantangannya. Banyak aspek yang harus kita tanamkan ke
anak, selain aspek kognitif dan spiritual. Masalah pengendalian emosi termasuk
hal terpenting yang harus kita ajarkan ke anak. Harapannya selain sehat secara lahir,
mereka juga sehat secara batin. Tujuan akhirnya adalah anak-anak dapat tangguh
dalam mengatasi masalah hidupnya.
Gangguan jiwa termasuk ke
dalam 10 besar peringkat penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat
Indonesia. Stigma negatif dari penyakit ini menyebabkan banyak penderita
gangguan jiwa yang tidak mendapatkan pengobatan secara maksimal. Padahal
penyakit ini bisa disembuhkan asalkan mendapatkan dukungan penuh dari keluarga
dan orang-orang di sekitar penderita.
Partisipasi dan dukungan
keluarga, serta masyarakat di sekitar penderita gangguan jiwa akan memudahkan
pengobatan dan penyembuhan. Lalu bagaimana untuk mencegahnya gangguan jiwa di
zaman hectic ini, terutama untuk
masyarakat perkotaan sih yang terasa berkejaran dengan waktu? Lalu apa yang
dapat kita lakukan agar cara mencegah dan pengobatan gangguan jiwa ini dapat
disosialisasikan secara merata?
Ini yang banyak saya
dapatkan saat tur rumah sakit (hospital
visit) RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan dan talkshow tentang “Urban Mental Health”
pada tanggal 26 April 2017 lalu.
Sebelumnya mengenai RS
Jiwa Dr Soeharto Heerdjan ini, tadinya namanya adalah RSJ Grogol. Untuk
menghindari stigma negatif tentang daerah Grogol, maka tahun 1973 diubah
namanya menjadi RSJ Pusat Jakarta, sampai akhirnya tahun 2002 kembali diubah
namanya menjadi RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan. Nama tersebut bertahan sampai
sekarang. Dan, RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan ini sudah berusia 150 tahun, loh.
Untuk memeriahkan ulang
tahun RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan ke 150, maka RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan
mengadakan Meet & Greet Blogger dengan tema “150 Tahun Setia Memberikan
Pelayanan Kesehatan Jiwa Terus Menjawab Tantangan Kesehatan Jiwa Perkotaan”.
Acara diawali dengan tur RS
Jiwa Dr Soeharto Heerdjan. Bagian yang kita kunjungi hanya bagian rehabilitasi,
dimana pasien gangguan jiwa sudah mulai stabil dan sudah bisa diajak
berkomunikasi.
Pasien yang bisa beralih
ke bagian rehabilitasi, tentu saja sudah dites oleh para dokter, dan dianggap
sudah mendekati normal. Bidang kegiatan untuk para pasien disini banyak, antara
lain tata boga, kerajinan tangan, salon, dan lain-lain. Mereka akan mendapatkan
skill di bidang yang mereka minati. Apabila mereka sudah melewati 20x pertemuan
di bagian rehabilitasi ini dan dianggap lulus, maka pasien dapat melanjutkan perawatannya
ke bagian mandiri. Sudah banyak prestasi yang para pasien dapatkan di sini.
Kami pun melihat-lihat hasil karya mereka, berupa kerajinan tangan (eh, ada tas
decoupage loh) yang dipamerkan di lemari kaca.
Selain itu, kami ke
bagian kantin, dimana mereka diberikan tugas untuk membuat jenis makanan sesuai
jadwal yang ditentukan. Ada juga yang membuat telur asin dan bisa dibeli oleh
para pengunjung RS Jiwa Dr Soeharto Heerdjan.
Dan, yang bikin kami
tersepona adalah ada salon loh di sini. Jadi para pasien diberikan skill
perawatan, seperti creambath, mencuci rambut, dan sebagainya.
Oiya, selain itu juga ada
ruang display hasil karya lukisan mereka, dan ada kegiatan kerohanian juga.
Lumayan lengkap lah.
Beberapa dari kami ada
yang membeli roti hasil buatan mereka. Wanginya sih yummy banget. Mereka juga
sudah bisa diajak berkomunikasi, walaupun masih agak terbata untuk menjawab
beberapa pertanyaan ringan kami. Tapi alhamdulillah, mereka sepertinya sudah
stabil, semangat untuk berkarya, dan semangat untuk melanjutkan hidup.
Jadi, sebaiknya memang
stigma negatif untuk penyakit gangguan jiwa bisa kita minimalisir, sehingga
makin banyak penderita yang mendapatkan kesempatan untuk perawatan dan
pengobatan yang stimulan. Karena penyakit ini, bisa kok disembuhkan. Asalkan
ada niat dari si penderita dan dukungan dari berbagai pihak di sekitar
penderita.
Untuk isi talkshownya,
berlanjut di postingan selanjutnya, ya.
Tidak ada komentar